PURWOKERTO – Siapa yang menyangka, pengemis yang penampilannya
terlihat memelas ternyata memiliki penghasilan yang cukup besar. Dalam
satu hari, satu orang pengemis bisa mendapatkan ratusan ribu rupiah.
Salah satu warga Sumampir, Pramu mengatakan pernah ngobrol dengan
seorang pengemis di area Stasiun Purwokerto. Dia sempat kaget dengan
penghasilan pengemis yang mencapai Rp 400 ribu sehari. “Dia bilang ke
saya, sehari maksimal bisa dapat Rp 400 ribu. Sempat kaget juga,”
katanya.
Salah satu pedagang di Terminal Purwokerto mengatakan, operandi pengemis
memang sudah tertata rapi. Dari pengemis yang biasa mampir di
warungnya, mereka sudah berkoordinasi terlebih dulu melalui telepon
seluler untuk pembagian pos ‘mangkal’. Bahkan tidak jarang dia melihat
pengemis yang datang dan pergi dengan diantar sepeda motor dengan merek
terbaru.
“Pekerjaan pengemis dijadikan sebagai pekerjaan utama. Untuk biaya
sekolah anak. Tapi saat dijemput mereka pakai motor,” cerita perempuan
(60) yang tidak mau disebutkan namanya.
Kepala Seksi Operasi Satpol PP Banyumas, Roni Hidayat mengatakan,
teknologi yang makin maju membuat pihaknya memiliki kendala saat
melakukan razia Pengemis, Gelandangan, dan Orang Terlantar (PGOT).
“Ketika kita sudah di satu titik, maka mereka akan memberi kabar yang
lain. Ketika kita sudah di sana, maka (PGOT) tinggal sedikit atau tidak
sama sekali,” terang dia.
Sementara itu, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Dinsosnakertrans
Kabupaten Banyumas, Suwartono memperkirakan, kurang lebih ada 175-an
pengemis yang berkeliaran setiap hari di Purwokerto. Mereka tersebar di
perempatan lampu merah, tempat ibadah, hingga dari satu toko ke toko
lain. “Kurang lebih segitu. Jika se-Banyumas jumlahnya akan lebih banyak
lagi,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Menurutnya, angka tersebut akan bertambah saat hari Jumat dan liburan
sekolah. Kenaikan jumlah pengemis mencapai 100 persen. Cara
beroperasinya, kata dia, datang bergerombol dari suatu lokasi dan
kemudian menyebar. Suwartono menuturkan, penghasilan pengemis bisa
mencapai Rp 100 ribuan per hari. Ini dilihat dari banyaknya toko dan
lampu merah di Purwokerto.
“Untuk kawasan Jalan Jenderal Soedirman saja, sudah berapa toko,” terang
dia, yang mengaku meski sudah melakukan penertiban dan mengikutsertakan
dalam rehabilitasi sosial, tetap saja ditemui wajah-wajah lama.
Untuk itu Suwartono mengimbau kepada masyarakat tidak memberikan
sumbangan. Memberikan bantuan akan lebih efektif jika dikelola secara
kelembagaan. “Ini tidak bisa terwujud tanpa peran serta masyarakat,”
kata dia. (azz/sus)
http://www.radarbanyumas.co.id